Pengalaman baru diperoleh 40 pelaku UMKM Kabupaten Madiun. Ini setelah mereka belajar langsung membuat ecoprint di Butik Namira Ecoprint di Wisma Kedung Asem Indah, Rabu (6/12/2023).
Ke-40 pelaku UMKM tersebut merupakan binaan dari Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kabupaten Madiun. Rombongan datang menggunakan satu bus.
Dalam praktik langsung membuat ecoprint itu, para pelaku UMKM dipandu oleh Yayuk Eko Agustin Wahyuni (owner Namira Ecoprint).
Para pelaku UMKM juga terlihat sangat antusias. Mereka mengerjakan pembuatan ecoprint dengan riang gembira.
Karena ingin fokus dan tepat sasaran, pelatihan dibagi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok ada 7-8 orang. Satu kelompok menggunakan satu meja panjang yang telah disiapkan.
Diawali dari proses memilah daun, para pelaku UMKM dikenalkan dengan daun-daun yang bagus dipakai untuk ecoprint.
“Ada secang, daun pisang, itu banyak yang bisa dipakai untuk pewarna alami,” tutur Yayuk Eko dengan menggenggam mic di tangan.

Para pelaku UMKM kemudian membentangkan kain di atas meja. Lalu, daun-daun yang diinginkan dan dipilih ditempelkan. Dalam proses ini, mereka terlihat sangat berhati-hati karena takut hasilnya tidak bagus.
Berikutnya, mereka memukulnya dengan menggunakan palu hingga warna daun menempel di kain. Tak ayal, suasana menjadi riuh. Suara pukulan palu terdengar saling bersahutan.
“Ini untuk pewarnaan kain cover-nya,” imbuh Didik Edy Susilo, suami Yayuk Eko yang juga desainer Namira Ecoprint.
Didik juga menjelaskan proses proses mordanting yang menentukan hasil akhir dari pewarnaan pada kain menggunakan pewarna alami.
Proses ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik zat warna alam terhadap kain serta menghasilkan ketajaman warna dan kerataan warna yang baik.
Setelah kelar, para pelaku UMKM dipandu untuk menempatkan sepotong pipa di bagian bawah kain kemudian gulung secara perlahan.
Lalu, untuk menahan posisinya agar tidak terlepas lilitkan potongan tali di sepanjang bagian luar gulungan kain.
Proses berikutnya, fiksasi. Gulungan kain tersebut kemudian dikukus di dalam air tawas. Ini agar Supaya warna dapat terkunci secara sempurna dan menghasilkan warna yang menarik.
“Oke, kita tunggu selama kurang lebih dua jam, kita akan tahu seperti apa hasilnya,” jelas Yayuk Eko.
Di sela menunggu, para pelaku UMKM menikmati makan siang dan coffe break yang telah disiapkan. Di tengah waktu menunggu itu mereka juga memanfaatkan berkonsultasi dengan
Yayuk Eko Agustin.
Bukan hanya tentang ecoprint, tapi juga perjalanan usaha yang dirintis perempuan kelahiran Jombang, 27 Agustus 1962 ini. Juga dengan berbagai penghargaan yang sukses diraih Namira dari level regional sampai nasional.
Kegembiraan pelaku UMKM pecah manakala melihat hasil kain yang telah melalui proses fiksasi. Setelah dibuka satu per satu, hasilnya sungguh memuaskan.
“Wow, bagus sekali. Warganya bisa keluar seperti ini,” demikian komentar mereka.

Siti Suwarni, salah seorang pelaku UMKM Kabupaten Madiun, mengaku senang ikut praktik ini. Dia mengaku banyak mendapat ilmu.
“Meskipun saya sudah pernah membuat, tapi di sini ada teknik-teknik lain yang diajarkan. Ini bisa memperkuat sehingga harapan saya bisa membuat ecoprint selayak atau setara dengan Namira,” ujar dia.
Dyah Kuswardani, Kabid Pemberdayaan Usaha Mikro Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Madiun, menuturkan, pihaknya sengaja mengajak pelaku UMKM binaan untuk belajar di Namira Ecoprint.
“Kami ingin ada peningkatan kualitas sehingga nantinya ada perluasan pasar. Mereka yang datang ke sini adalah perajin yang bisa membuat ecoprint. Dengan belajar lagi harapannya kualitasnya bisa lebih baik lagi,” pungkasnya. (*)