Kaum muda yang menekuni bisnis harus lebih giat dan aktif dalam berkreativitas. Pasalnya, peluang dan tantangan usaha di masa depan akan lebih terbuka, ketat, dan dinamis.
Hal itu ditegaskan Yayuk Eko Agustin Wahyuni, owner Namira Ecoprint, dalam Dialog Tanjung Perak Pagi di RRI Pro 4 Surabaya, Rabu (17/5/2023).
“Saya mendorong lahirnya kreator-kreator muda dalam bisnis. Harus semangat. Saya yang sudah 61 tahun masih bersemangat berusaha, masak anak-anak muda enggak. Di tempat kami sering jadi jujugan kunjungan pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan sekolah. Kami terbuka untuk belajar bersama,” ujar perempuan yang meraih Juara 1 Pengusaha Berprestasi Tingkat Nasional IWAPI 2022 itu.
Yayuk Eko diundang khusus di acara yang ditayangkan live tersebut untuk berbagi pengalaman bisnis. Di mana dia yang memulai bisnis ecoprint tahun 2019, sukses merambah pasar bukan hanya di level nasional tapi juga internasional.
Yayuk Eko menceritakan, awal memulai bisnis ecoprint sungguh tak mudah. Butuh kerja keras. Dia mengaku belajar ke banyak mentor di Jogjakarta, Jakarta, Bandung, hingga Belanda.
Dari proses itu dia mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman. Berbagai eksperimen juga dilakukan untuk menguatkan kualitas produknya.

“Biasanya yang tidak sabar tidak mau menjalani proses ini. Ada beberapa orang yang di tempat kani yang saya ajak untuk belajar merasakan hal itu. Akhirnya ya tidak meneruskan, produknya ya tidak jadi,” tutur Yayuk Eko.
Dia lalu menjelaskan bagaimana membuat ecoprint yang membutuhkan kesabaran da ketelatenan. Harus berani bereksperimen dan todak pernah putus asa bila menemui kegagalan.
“Ecoprint ini kan semua bahannya dari alam. Tidak aada satu pun yang menggunakan bahan kimia. Makanya, kita harus benar-benar menyelami karakateristiknya,” jelas perempuan kelahiran Jombang, 27 Agustus 1962 ini.
Seperti dalam hal pewarnaan, sebut Yayuk Eko, banyak yang musti dipelajari. Tanaman yang mengeluarkan aroma tajam juga menjadi salah satu indikasi bahwa tanaman tersebut dapat digunakan sebagai penghasil warna alami.
Banyak daun yang biasa digunakan, di antaranya daun jati, daun eucalyptus, daun stroberi, daun jambu, daun pare, batang pohon nangka, tanaman bougainville, daun pepaya, daun kelor, dan masih banyak lagi.
“Saya banyak sekali melakukan uji coba. Ada yang berhasil, ada yang tidak. Sampai akhirnya saya menemukan hal-hal baru yang bisa dipakai untuk menambah kualitas produk,” papar Yayuk Eko.
Dari kreasi ecoprint yang dihasilkan, imbuh Yayuk Eko, produknya sudah menjelajah pasar nasional dan luar negeri.
“Alhamdulillah, yang membeli produk-produk kami dari Singapura, Thailand, Arab Saudi, Belanda, Jerman, dan Amerika Serikat,” pungkas Yayuk Eko. (*)