Butik Namira Ecoprint kembali jadi jujugan wisata. Kali ini, puluhan orang dari Pemerintah Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mengunjungi workshop Namira di Kedung Asem Indah Blok G Nomor 7, Surabaya, Rabu (20/7/2022) siang.
Rombongan dipimpin Istri Bupati Tapin, Hj. Ratna Ellyani Arifin Arpan, S.IP. Ikut bersama serta istri wakil bupati Tapin, istri kapolres Tapin. Mereka tergabung dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW).
Kehadiran rombongan GOW Kabupaten Tapin ini atas inisiasi oleh istri Sekda Pemkot Surabaya, Iis Hendro Gunawan. Mereka berkeinginan sharing informasi dan belajar lebih banyak tentang ecoprint.
“Kami memang memiliki program kunjungan atau kaji tiru ke tempat- tempat yang belum ada di tempat kami. Tujuannya untuk mendalami ilmu tersebut. Untuk tahun ini, alhamdulillah, kita datang ke Kota Surabaya,” terang Ratna Ellyani.

Dia lalu menuturkan, kehadiran rombongan di Namira karena di Kabupaten Tapin ada juga perajin yang membuat kain yang proses pembuatannya hampir sama dengan pembuatan ecoprint.
“Jadi paling tidak kami menambah wawasan. Dari kain polos menghasilkan yang terbaik. Karena selama ini di sana hasilnya tuh kurang maksimal. Jadi supaya kain buatan kita juga maksimal seperti ini kami melakukan kaji tiru,” terang perempuan berusia 64 tahun ini.
Dia juga menjelaskan soal bahan-bahan ecoprint yang digunakan di Tapin. Hingga sekarang hal itu masih kendala. Terutama terkait pembeliannya.
“Kami membelinya dari Kalimantan. Otomatis harga semacam katun lebih mahal. Karena kena ongkos kirim dan sebagainya,” ungkap dia.

Ratna mengakui sedang mempelajari bagaimana cara pembuatan ecoprint yang halus dan rapi seperti diproduksi Namira, bisa diterapkan oleh para perajin di Tapin.
Untuk itu, imbuh di, pihaknya menjadwalkan akan membawa para perajin ecoprint Tapin belajar di Namira. “Ada 12 kecamatan di Tapin. Tiap kecamatan ada perajinnya. Kami ingin mereka tahu, bagaimana prosesnya sehingga hasilnya bagus,” tutur Ratna.
Dia berharap setelah pulang dari Surabaya bisa menangkap pengetahuan terkait proses pembuatan ecoprint. Sehingga bisa diterapkan dengan hasil lebih baik, lebih bagus dari sebelumnya.
“Karena kendala kita sendiri terletak di pewarnaannya. Perajin kami kurang pengetahuan,” kata Ratna.
Sementara saat kunjungan, Yayuk Eko Agustin (owner Namira) menunjukkan hasil pembuatan ecoprint. Ada kain katun dan kain sutra.
“Ini bisa dilihat, warnanya bagus, kan? Ini dari bahan kayu secang. Nah, kalau ini dari daun jati. Daun jati itu tak pernah ingkar janji, warnanya selalu kuat,” tutur Yayuk, lalu disambut tepuk tangan para perempuan yang hadir.

Melihat tiga hasil itu, rombongan dari Tapin pun terkesima. Mereka banyak bertanya daun apa saja yang dipakai, jenis kain, dan menggunakan bahan pewarnanya.
“Proses produksinya memang agak lama. Menata daun ini saja butuh empat jam. Saya dibantu suami saya, Pak Didik Edy Susilo untuk desainnya,” beber perempuan enerjik itu.
Belum puas, rombongan Tapin lalu melihat koleksi-koleksi Namira di butik. Di antaranya produk baju tunik, kemeja, tas kulit, jaket, jilbab, dan masih banyak lagi.
Ratna Ellyani sempat mencoba baju tunik, kemudian dia berjalan di tengah kerumunan bak peragawati. Suasana riuh pun tak terhindarkan.
“Bagus ini, saya beli ini,” cetus Ratna yang kemudian mendapatkan free buku Ecoprint karya Yayuk Eko Agustin.
Bukan hanya Ratna, beberapa ibu dari Tapin juga ikut membeli produk Namira untuk dijadikan buah tangan. Tak terkecuali Iis Hendro Gunawan yang ikut membeli baju. (*)