Memperingati Hari Kartini, RRI Pro 4 Surabaya menggelar dialog khusus bertajuk “Wanita Mandiri yang Berkelas dan Berkualitas” pada Senin (21/4/2025).
Dialog ini menghadirkan dua sosok perempuan inspiratif: Yayuk Eko Agustin Wahyuni, SH, MSi, owner Namira Ecoprint, dan Dr. Dien Mardhiyah, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Keduanya membahas peran strategis perempuan dalam membangun masyarakat, tanpa melupakan kodrat dan jatidiri sebagai perempuan.
Yayuk Eko menekankan bahwa perempuan harus mampu menjadi teladan, bukan hanya dalam keluarga, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurutnya, perempuan harus mampu menjalankan dan merealisasikan amal saleh yang benar-benar membawa manfaat sosial.
“Setinggi apa pun jabatan seorang perempuan, dia tidak boleh menyalahi kodratnya. Ia harus tetap kembali ke jatidirinya sebagai perempuan yang lembut, penyabar, namun kuat dan berdaya,” tegas Yayuk.
Yayuk yang dikenal sebagai pelaku usaha ramah lingkungan dengan brand Namira Ecoprint juga menceritakan bagaimana usahanya memberdayakan masyarakat sekitar, terutama kaum perempuan.
Melalui kegiatan mengumpulkan daun-daunan seperti daun sepatu dan daun jati yang menjadi bahan utama ecoprint, perempuan-perempuan sekitar rumah produksinya mendapatkan penghasilan tambahan.

“Usaha ecoprint ini bukan hanya soal fashion, tapi juga soal membuka lapangan kerja dan memanfaatkan bahan alam. Dalam prosesnya, dibutuhkan kesabaran karena kita berurusan langsung dengan bahan alami,” jelas Yayuk.
Menurut Yayuk, bisnis ecoprint cocok untuk perempuan, karena perempuan pada dasarnya punya jiwa telaten dan penuh ketelatenan.
Dia juga menyampaikan bahwa produk ecoprint sangat diminati oleh pasar luar negeri, terutama karena dinilai ramah lingkungan.
Menurut Yayuk, pembeli (buyer) dari beberapa negara sangat mengapresiasi proses produksi yang bersih dan ramah lingkungan.
Soal peringatan Hari Kartini, Yayuk mengatakan bahwa perjuangan Kartini tidak bisa disamakan dengan perlawanan fisik terhadap penjajah, melainkan perjuangan membangun daya perempuan.
“Kartini ingin perempuan bangkit, terdidik, dan berdaya. Perempuan harus menjadi teladan dalam ibadah, dan akhlak,” tuturnya.
Sementara itu, Dien Mardhiyah memaparkan pentingnya peran perempuan sebagai pendidik pertama dalam keluarga.
“Ibu adalah madrasah utama bagi anak-anaknya. Dari rahim perempuan, lahir generasi bangsa. Maka, perempuan harus sadar betul akan peran penting ini,” ujarnya.
Dia juga mengajak seluruh perempuan untuk mensyukuri hasil perjuangan Kartini yang telah membuka akses pendidikan dan ruang peran publik bagi kaum perempuan.
Namun, ia mengingatkan bahwa perempuan masa kini tetap harus sadar dengan kodratnya sebagai perempuan.

“Kartini modern itu bukan berarti kehilangan jati diri. Perempuan boleh mengejar karier setinggi apapun, tapi tetap sadar bahwa di rumah, ia adalah ibu dan istri. Ada tanggung jawab moral dan spiritual yang tidak bisa ditinggalkan,” ungkap Dr. Dien.
Menurutnya, perempuan yang berkelas dan berkualitas adalah perempuan yang mampu menjaga keseimbangan antara peran domestik dan publik. Ia menutup dengan seruan agar perempuan Indonesia terus bergerak maju, namun tidak kehilangan arah sebagai penjaga nilai-nilai luhur keluarga dan masyarakat.
Dialog khusus ini mempertegas bahwa Hari Kartini bukan sekadar peringatan historis, tetapi momentum untuk merefleksikan kembali esensi perjuangan perempuan.
Perempuan mandiri, berkelas, dan berkualitas adalah mereka yang mampu memberi manfaat, memberdayakan sesama, serta menjadi teladan dalam kesalehan, etika, dan kontribusi nyata—semua itu tanpa melupakan kodrat dan jati dirinya sebagai perempuan. (*)