Wakil Wali Kota Surabaya Armuji berkunjung ke Butik Namira di Wisma Kedung Asem Indah Blok G/7, Surabaya, Minggu (8/1/2023). Kedatangan Armuji disambut hangat oleh Didik Edy Susilo dan Yayuk Eko Agustin Wahyuni yang menjadi pemilik Namira sekaligus tokoh masyarakat.
Pria yang karib disapa Cak Ji ini mengaku kagum dengan perkembangan usaha ecoprint. Berikut produk-produknya yang berkualitas, eksklusif, menawan, dan ramah lingkungan.
“Ini cara menempel ke kain seperti apa? Ditoto siji-siji (ditata satu-satu) ya, Bu? kata Armuji bertanya ke Yayuk Eko Agustin.
Yayuk lalu menjelaskan, kalau kain lebih dulu diletakkan di meja. Kemudian setelah sudah presisi, baru ditempeli daun-daun yang sudah dibentuk. Ada daun jati, daun arbei, jarak, dan lainnya.
“Yang begini (menata daun) butuh waktu sampai empat jam. Harus sabar dan telaten agar memperoleh hasil yang maksimal,” jelas Yayuk Eko.
Armuji lalu melihat ke bagian lain, bagian pengukusan. Di mana ada dandang atau ketel besar. Kain yang sudah dibuskus plastik berbentuk gulung seperti lontong dan diikat lantas dimasukan alat pengukus ini. Lamanya sekitar dua jam.
“Lama ya prosesnya. Tapi hasilnya memang bagus. Ini bahannya dari sutra ya, bu? ” ucap Armuji. Kain-kain yang dipajang dan ditata di rak memang ada yang berbahan sutra dan katun.
Menurut Armuji, usaha ecoprint punya potensi peluang besar untuk dikembangkan. Apalagi sekarang dunia fashion juga sangat dipengaruhi isu tentang lingkungan.
“Yang dilakukan Bu Yayuk ini sudah tepat. Dia menggunakan semua bahan dari alam,” tandas politisi PDI Perjuangan itu.
Sebelumnya, Armuji membuka lomba Lato-lato yang diikuti anak-anak di lingkungan RW 5 Kedung Asem Indah. Lomba Lato-lato tersebut berlangsung meriah dan atraktif.
Dia juga mengunjungi Ego Green School Kedung Asem, sebuah ruang terbuka hijau yang tak jauh dari workshop Namira Ecoprint. Tempat itu sangat asri dan hijau. Berbagai pepohonan tumbuh, seperti pohon mangga, buah naga, belimbing dan masih banyak lagi.
Ego Green School Kedung Asem dilengkapi kolam lele, sarang burung, pembuatan kompos, biliar, gazebo, dan ruang pertemuan yang menampung ratusan orang.
“Tempatnya bagis. Nanti saya klasih burung merak,” ucap Armuji. (*)
